Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang pria bernama Pak Rudi. Ia adalah seorang tukang ojek yang telah menjadi ayah sekaligus ibu bagi anak semata wayangnya, Laila. Istrinya telah meninggal dunia saat Laila berusia tiga tahun, meninggalkan Pak Rudi dengan tanggung jawab besar untuk merawat dan membesarkan putrinya seorang diri.
Meskipun hidup mereka sederhana, Pak Rudi selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Laila. Ia ingin anaknya tumbuh dengan penuh kasih sayang dan tidak merasa kekurangan, meskipun mereka hanya tinggal di rumah kecil di pinggiran kota.
Melewati Hari Bersama
Setiap pagi, sebelum Laila berangkat sekolah, Pak Rudi selalu menyiapkan sarapan sederhana. Ia mungkin tidak pandai memasak, tetapi ia selalu berusaha. "Yang penting perutmu kenyang, Nak," katanya sambil tersenyum.
Setelah mengantarkan Laila ke sekolah dengan motornya, Pak Rudi akan menghabiskan harinya mengojek, mencari penumpang di jalanan kota. Meski panas menyengat atau hujan turun deras, ia tetap bekerja keras demi memastikan Laila bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Sore hari, ia selalu menyempatkan diri untuk menjemput Laila, meskipun tubuhnya lelah. Dalam perjalanan pulang, mereka sering mengobrol tentang banyak hal—tentang pelajaran di sekolah, tentang teman-teman Laila, atau sekadar bercanda tentang hal-hal kecil yang mereka lihat di jalan.
Pengorbanan Seorang Ayah
Suatu hari, Laila pulang dengan wajah murung. Ia mendapat tugas sekolah yang mengharuskannya membawa seragam khusus untuk acara perpisahan. Seragam itu mahal, dan Laila tahu ayahnya mungkin tidak mampu membelinya.
Pak Rudi melihat kesedihan di mata putrinya. Malam itu, saat Laila sudah tidur, ia duduk merenung. Ia ingin anaknya bahagia, tetapi uang yang ia miliki hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Tanpa berpikir panjang, keesokan harinya, Pak Rudi bekerja lebih keras dari biasanya. Ia bahkan mengambil pekerjaan tambahan sebagai buruh angkut di pasar pada malam hari. Tubuhnya terasa letih, tetapi bayangan senyum bahagia Laila membuatnya terus berjuang.
Beberapa hari kemudian, saat Laila pulang dari sekolah, Pak Rudi menyodorkan sebuah bungkusan. “Ini untukmu, Nak,” katanya dengan senyum hangat.
Laila membuka bungkusan itu dan terkejut. Itu adalah seragam yang ia butuhkan. “Ayah… bagaimana bisa?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Pak Rudi hanya mengusap kepala putrinya. “Ayah hanya ingin melihatmu bahagia.”
Laila langsung memeluk ayahnya erat. Ia tahu betapa besar pengorbanan yang dilakukan ayahnya untuknya.
Saat Perpisahan Datang
Waktu berlalu, dan Laila tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan berprestasi. Setelah lulus SMA, ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas ternama di kota lain. Ini adalah impian yang selalu ia dan ayahnya dambakan, tetapi itu juga berarti mereka harus berpisah.
Hari keberangkatan pun tiba. Di stasiun, Pak Rudi tampak berusaha menyembunyikan kesedihannya. “Belajarlah dengan giat, Nak. Jangan khawatirkan Ayah di sini. Yang penting, kamu bisa meraih cita-citamu,” katanya sambil tersenyum.
Laila menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. “Aku janji, Ayah. Aku akan sukses dan membahagiakan Ayah.”
Pak Rudi mengangguk, lalu memeluk putrinya erat. Ia menahan air matanya, tetapi saat kereta mulai bergerak, ia tak bisa lagi menyembunyikan rasa harunya. Ia merasa bangga, tetapi juga sedih karena rumah mereka akan terasa lebih sepi tanpa Laila.
Cinta yang Tak Pernah Pudar
Tahun demi tahun berlalu, dan Laila akhirnya lulus sebagai mahasiswa terbaik. Ia langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan besar dan kembali ke kampung halamannya untuk menemui ayahnya.
Saat melihat Laila berdiri di depan pintu dengan wajah bangga, Pak Rudi tak bisa menahan air matanya. “Kamu sudah menjadi wanita hebat, Nak,” katanya dengan suara bergetar.
Laila tersenyum sambil menggenggam tangan ayahnya. “Semua ini karena Ayah. Aku tidak akan pernah melupakan semua pengorbanan dan cinta Ayah."
Mereka berdua berpelukan dalam kehangatan kasih sayang yang tak tergantikan. Laila tahu bahwa tak peduli sejauh apa pun ia pergi, cinta ayahnya akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalannya
Dan Pak Rudi tahu bahwa semua perjuangan dan pengorbanannya selama ini tidak sia-sia. Baginya,
melihat putrinya bahagia adalah hadiah terbesar dalam hidupnya.