Di sebuah desa ada sebuah sekolah namanya MI Mazroatul Ulum Jaya Bakti, semua guru dan siswa pasti tahu siapa Shinta dan Wanda. Mereka temenan sejak kelas 1, meskipun sifat mereka sangat berbeda. Wanda adalah anak yang aktif, cerewet, dan suka mencoba hal-hal baru. Sedangkan Shinta, lebih kalem, pendiam, dan senang mengamati dari jauh.
Mereka pertama kali dekat saat Wanda tiba-tiba mengajak Shinta bermain lompat tali di halaman sekolah. Shinta awalnya ragu, tapi Wanda tidak menyerah. “Ayo dong, Shinta! Kalau kamu nggak ikut, nanti talinya nggak bisa muter!” katanya sambil tersenyum lebar. Sejak saat itu, mereka tak terpisahkan.
Wanda sering menyeret Shinta ke kegiatan sekolah—lomba kebersihan kelas, pentas seni, sampai ikut pramuka. Sementara Shinta, dengan tenang, selalu jadi penyeimbang Wanda. Ia suka membantu menyiapkan peralatan, membuat catatan, atau sekadar mengingatkan Wanda untuk tidak terlalu ribut di kelas.
Walaupun berbeda, mereka saling melengkapi. Shinta mengajarkan Wanda untuk lebih sabar dan teliti, sedangkan Wanda membantu Shinta menjadi lebih percaya diri. Guru-guru pun sering menjadikan mereka contoh tentang arti persahabatan yang saling memahami.
Setiap sore, setelah pulang sekolah, mereka duduk bersama di depan mushola kecil dekat sekolah sambil mengobrol. Kadang, Wanda bercerita panjang lebar tentang mimpinya jadi presenter, dan Shinta hanya tersenyum sambil mendengarkan.
“Kalau aku jadi presenter nanti, kamu harus nonton ya, Shin!”
“Pasti,” jawab Shinta pelan, “asal kamu nggak lupa sama aku.”
Wanda tertawa, lalu merangkul sahabatnya. “Mana mungkin aku lupa? Kamu kan temen terbaikku sejak MI Mazroatul Ulum!”
Dan memang, sampai mereka dewasa, kenangan itu tetap hidup di hati mereka.
Kalau kamu mau cerita ini dijadikan cerbung (cerita bersambung) atau versi yang lebih panjang,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar